Rabu, 21 Oktober 2015

D1

Pertemuan Pertama, karena Tali Sepatu

Wanita cantik itu melambaikan tangan ke arahku. Tanpa ragu, dia tersenyum lebar. Anggun, sangat anggun. Aku tertegun lama, merasa tidak mengenali wanita ini sebelumnya. Dia mendekat, semakin dekat. Tanpa sepatah kata pun, tubuhnya mendekap, erat. Hatiku menolak, tapi tubuhku tidak bergerak. Aku kenapa ? Dia siapa ? Kenapa dia memelukku sangat erat ? Kenapa tubuhku tidak bisa berontak ? Oh Tuhan..Lindungi aku..
Beberapa menit aku dibuat membisu olehnya. Seperti dihipnotis, tidak bisa bicara, bergerak, apalagi berontak. Dia melepaskan pelukannya, lalu berjalan mundur. Senyum lebar tetap tersungging di bibirnya, tangannya melambai seolah mengatakan selamat tinggal. Dia menghilang...
Kriiiing... Kriiiing...Kriiiing....(bunyi alarm)
“Oh, hanya mimpi. Syukurlah, tapi apa maksudnya mimpi  itu ? Dia siapa ?” aku bertanya-tanya.
Ku rapikan tempat tidur, lalu bergegas ke kamar mandi. Ada agenda penerimaan siswa baru, kebetulan jadi panitianya, jadi harus berangkat lebih awal.
***
“Firaaaaaaa.......”teriak Lisa, sahabatku.
“Kamu kenapa Lis? Teriak-teriak segala.”tanyaku
“Enggak kok, Cuma mau bareng aja.”jawabnya sambil nyengir khas gaya Lisa.
“Dasar ya kamu ini, kirain ada apa. Gimana, udah siap belum ketemu adek-adek emesh ?”tanyaku lagi.
“Paling juga gitu-gitu aja. Gak ada persiapan khususnya. Kecuali kalau ada yang ganteng, *eehh” jawabnya sambil tertawa.
“Tu kan jadi salah fokus kamunya. Yasudah, yuk siap-siap”ku gandeng tangannya, lalu jalan.
Selintas memang tidak ada yang menarik dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru  ini. Yang ada hanya tentang kedisiplinan, ketaatan, kehormatan, dan yang paling menonjol adalah hubungan antara senior dan junior yang masih sangat jauh. Semua masih bersifat tegang dan kaku. Dulu aku juga mengalami hal seperti ini, tapi sekarang naik “status” sedikit jadi panitia.
Hari pertama banyak kejadian serba menjengkelkan. Bagaimana tidak, di hari pertama banyak yang terlambat, tidak mengenakan atribut yang sudah diberitahukan sebelumnya, salah dresscode, ini dan itu. Selama ini aku terkenalnya tidak pernah marah, apalagi ampai membentak orang lain. Entah kenapa pada hari itu mataku tertuju pada satu orang. Cowok. Posturnnya tinggi, berambut ikal, kulit sawo matang, yang ada di barisan siswa bermasalah.
“Dek, itu kenapa tali sepatunya warna biru ? Kan sudah diberitahu sebelumnya kalau sepatu harus hitam beserta talinya?”tanyaku keras. Aku tidak sadar kenapa malah tanya seperti itu, spontanitas.
“Maaf, Mbak”jawabnya santai
“Besok harus diganti dengan yang hitam, kalau tidak nanti saya sita.”perintahku
“Iya” lagi-lagi jawabnya santai dan singkat
Demi apapun ini anak bikin aku naik darah. Tapi ada yang aneh setelah aku balik badan lalu pergi dari tempat tadi. Entah apa itu aku tidak tahu pasti. Hanya aneh, seperti tidak asing lagi wajahnya, seperti kita sudah saling kenal sebelumnya.


Bersambung...

2 komentar: