Pertemuan Pertama, karena Tali
Sepatu
Wanita
cantik itu melambaikan tangan ke arahku. Tanpa ragu, dia tersenyum lebar. Anggun,
sangat anggun. Aku tertegun lama, merasa tidak mengenali wanita ini sebelumnya.
Dia mendekat, semakin dekat. Tanpa sepatah kata pun, tubuhnya mendekap, erat. Hatiku
menolak, tapi tubuhku tidak bergerak. Aku kenapa ? Dia siapa ? Kenapa dia
memelukku sangat erat ? Kenapa tubuhku tidak bisa berontak ? Oh Tuhan..Lindungi
aku..
Beberapa
menit aku dibuat membisu olehnya. Seperti dihipnotis, tidak bisa bicara,
bergerak, apalagi berontak. Dia melepaskan pelukannya, lalu berjalan mundur. Senyum
lebar tetap tersungging di bibirnya, tangannya melambai seolah mengatakan
selamat tinggal. Dia menghilang...
Kriiiing... Kriiiing...Kriiiing....(bunyi
alarm)
“Oh,
hanya mimpi. Syukurlah, tapi apa maksudnya mimpi itu ? Dia siapa ?” aku bertanya-tanya.
Ku
rapikan tempat tidur, lalu bergegas ke kamar mandi. Ada agenda penerimaan siswa
baru, kebetulan jadi panitianya, jadi harus berangkat lebih awal.
***
“Firaaaaaaa.......”teriak
Lisa, sahabatku.
“Kamu
kenapa Lis? Teriak-teriak segala.”tanyaku
“Enggak
kok, Cuma mau bareng aja.”jawabnya sambil nyengir khas gaya Lisa.
“Dasar
ya kamu ini, kirain ada apa. Gimana, udah siap belum ketemu adek-adek emesh ?”tanyaku
lagi.
“Paling
juga gitu-gitu aja. Gak ada persiapan khususnya. Kecuali kalau ada yang
ganteng, *eehh” jawabnya sambil tertawa.
“Tu
kan jadi salah fokus kamunya. Yasudah, yuk siap-siap”ku gandeng tangannya, lalu
jalan.
Selintas
memang tidak ada yang menarik dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru ini. Yang ada hanya tentang kedisiplinan,
ketaatan, kehormatan, dan yang paling menonjol adalah hubungan antara senior
dan junior yang masih sangat jauh. Semua masih bersifat tegang dan kaku. Dulu aku
juga mengalami hal seperti ini, tapi sekarang naik “status” sedikit jadi
panitia.
Hari
pertama banyak kejadian serba menjengkelkan. Bagaimana tidak, di hari pertama
banyak yang terlambat, tidak mengenakan atribut yang sudah diberitahukan
sebelumnya, salah dresscode, ini dan
itu. Selama ini aku terkenalnya tidak pernah marah, apalagi ampai membentak
orang lain. Entah kenapa pada hari itu mataku tertuju pada satu orang. Cowok. Posturnnya
tinggi, berambut ikal, kulit sawo matang, yang ada di barisan siswa bermasalah.
“Dek,
itu kenapa tali sepatunya warna biru ? Kan sudah diberitahu sebelumnya kalau
sepatu harus hitam beserta talinya?”tanyaku keras. Aku tidak sadar kenapa malah
tanya seperti itu, spontanitas.
“Maaf,
Mbak”jawabnya santai
“Besok
harus diganti dengan yang hitam, kalau tidak nanti saya sita.”perintahku
“Iya”
lagi-lagi jawabnya santai dan singkat
Demi
apapun ini anak bikin aku naik darah. Tapi ada yang aneh setelah aku balik
badan lalu pergi dari tempat tadi. Entah apa itu aku tidak tahu pasti. Hanya aneh,
seperti tidak asing lagi wajahnya, seperti kita sudah saling kenal sebelumnya.
Bersambung...
boleh memberi masukan mbk ??
BalasHapusboleh :-)
Hapus