Selasa, 27 Oktober 2015

D7

Mutiara tanpa Kilau (Lagi)L

             Blora, 14 Maret 2014,

     
Aku dipertemukan dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah aku kenal. Dewi Mutiara Putri. Hanya sebatas namanya pernah disebut dalam perbincangan teman-temanku. Aku sendiri tidak pernah bermimpi akan bertemu dengannya. Apakah ini yang dinamakan takdir ?
Sebelum bertemu dengannya, dia sudah mengirim pesan terlebih dahulu. Entah dapat nomorku darimana. Awalnya aku bertanya-tanya, masih belum mengerti kenapa dia bisa menghubungi aku. kurang lebih, percakapan kita di sms waktu itu seperti ini
“Hai Fira.. kenalin aku Dewi Mutiara Putri, panggil aja Dewi. Aku ada perlu nih, boleh minta alamat rumahnya ?”
Kalimat itu yang sampai sekarang masih membuat aku bertanya-tanya, Kok bisa ?
Tanpa berpikir panjang, aku langsung membalas pesannya dan memberikan alamat rumah.
Ah..Paling dia bercanda, tidak mungkin kalau dia ke rumah (gumamku).
Kamis malam, tanpa angin, tanpa hujan, tiba-tiba dia mengirim pesan lagi. Posisinya sudah di depan rumah, bersama bapaknya. Duh, aku jadi semakin bingung lagi. Aku tidak mengenalnya, kenapa ada bapaknya juga ? Kalau mau ngelamar juga tidak mungkin. Ya kali sesama cewe ngelamar -_-
Setelah lama berbincang-bincang, dia menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya ke rumah. Ternyata benar dia mau melamarku. Iya, melamar untuk menjadi tim LCC di STEM Akamigas, Cepu.
Nah loh.. jadi semakin bingung kan
Aku latar belakangnya dari SMA, dia dari SMK, dan meminta untuk berkolaborasi dalam Lomba LCC itu. Aku bisa apa coba ?
Usut punya usut, ternyata dia pengen sekali  ikut lomba itu, dia mengajakku berkolaborasi dengan harapan bisa menang, mengingat materinya adalah materi SMA. Dia berharap menang, karena pemenangnya nanti akan mendapatkan sertifikat dan juara 1 akan mendapatkan beasiswa sekolah di sana tanpa tes. Maklum, STEM Akamigas merupakan sekolah tinggi swasta yang menjajikan pekerjaan kelak dan biayanya sangat mahal, 27 juta per semester. Wow...
Aku perlu waktu agak lama untuk memutuskan. Akan tetapi, mengingat ketulusannya, keberaniannya, apalagi ada bapak disampingnya, aku berat hati untuk menolak. Kasihan juga kan, jauh-jauh dari Jiken pulang dengan kekecewaan. Lagipula kata ibu, tidak ada salahnya mencoba. Hargai Mbak Dewi yang meminta dengan tulus. Akhirnya aku mengiyakan permintaannya untuk bergabung dalam timnya.  Kesan pertama kali bertemu, Dewi sosok yang menyenangkan, sederhana, ambisius, dan ternyata banyak memiliki kesamaan denganku. Mungkin itu yang membuat aku merasa nyaman saat pertama kali bertemu.
Seminggu kemudian, H-2 lomba, dia menjemputku dan bermalam di kosnya. Sengaja berangkat dua hari sebelum lomba dilaksanakan karena dia mau mengenalku lebih dekat, belajar bersama, juga karena dia tidak mau aku kelelahan. Dari situ aku semakin nyaman, semakin dekat, semakin akrab.
Dia memperlakukanku dengan sangat baik. Mulai dari membayar biaya registrasi, menanggung biaya makan, dan sangat ramah. Temannya juga, namanya Munif, teman satu tim, yang baru aku ketahui sebagai pacar Dewi setelah beberapa bulan kemudian.  Bodohnya aku baru menyadari semuanya. Duh...
Aku tidak akan menceritakan bagaimana saat hari H lomba, yang pasti kita bukan juaranya. Hehe :-D
Akhirnya, kita kembali ke kosnya, beres-beres, persiapan pulang. Sebelum pulang, menyempatkan untuk berfoto. Ini adalah foto perdana kita. Dari sini lah awal kita merajut tali persahabatan.

Semenjak itu, hubungan kita semakin dekat. Dia masih sering bahkan memang sering main ke rumah, berkomunikasi lewat medsos, dan bisa dibilang dia adalah satu-satunya orang yang aku anggap sebagai sahabat sekaligus saudara, kakakku. Mulai dari cerita manis, pahit, hambar, penting, tidak penting, bahkan yang sangat tidak pentingpun akan menjadi penting jika sudah bercerita padanya. Kesamaan visi dan misi, karakteristik, kesepahaman, membuat kita sering bertukar pendapat. Aku merasa dia yang paling mengerti apa yang aku mau, yang aku rasakan. Benar-benar bahagia mengenalmu, memilikimu, sahabatku.
September 2014,
Kita dipisahkan oleh jarak, Blora-Semarang. Hubungan kita masih baik-baik saja. Justru semakin menambah referensi bahan cerita, tentang dunia perkuliahan. Dia ingin masuk Undip, sama seperti aku. Tapi Tuhan berkata lain. Dia kuliah di Bojonegoro, perminyakan. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk berhenti kuliah, dan mecoba mendaftar di Undip tahun berikutnya. Dasar keras kepala...
Dewi sosok yang manis, apalagi dengan gigi gingsulnya itu. Keras kepalanya itu tidak mampu mengubah image bahwa dia tipe orang yang tulus, rendah hati, ramah, setia. Pokoknya bagi aku dia the best.
Waktu terus berjalan, tiba waktunya pendaftaran ajaran baru. Dewi dengan yakin mendaftarkan dirinya saat SBMPTN, waktu itu di Unnes. Namun keberuntungan belum berpihak padanya. Aku hanya bisa membantu memberikan doa dan semangat yang tiada henti. Kemudian dia bertekad di UM Undip, masih belum lolos juga. Sabar ya sayang..
Dia sempat pesimis, tapi hanya sebentar. Terpuruk boleh lah ya, tapi setelah itu harus bangkit lagi. Terakhir kali dia menyinggung soal kampus swasta di Semarang. Hanya sebatas tahu dia ingin, selebihnya tidak tahu.
Kita lebih jarang berkomunikasi, cukup sekali dua kali tanya tentang kabar, terus sudah, tidak ada kelanjutannya lagi
Kenapa di atas aku menyebutkan “Mutiara tanpa Kilau (Lagi)”, karena sekarang aku merasa kehilangan kamu Demut, kamu yang tidak pernah memberi kabar, tidak pernah muncul di media sosial.
Tulisan ini tidak bagus, bahkan tidak jelas.
Tapi aku berharap, sangat, ketika aku mempublikasikan tulisan ini, kamu membacanya.
Kamu harus tahu, betapa aku menyayangimu, mencintaimu, dan merindukanmu, sahabatku, kakakku, keluargaku.
Demut, Dewi Mutiara Putri, kembalilah ({}) 
Tunjukkan kilaumu... Lagi 

 Your Beloved Sister, DM^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar