Saya Diam, Saya Dengar, dan Saya Paham
Pernah
dengar ungkapan seperti ini :
“Hidup kita Tuhan yang mengatur,
kita yang menjalani, dan orang lain yang berkomentar”
Benar
kan ?
Iya..
benar. Benar sekali
Hidup
kita diatur oleh Tuhan, dengan segala ketetapan-Nya. Tidak hanya diciptakan
semata, tapi hanya untuk beribadah, menyembah, mengabdi, bertaqwa, dan berserah diri kepada-Nya. Apa
yang menjadi ketetapan-Nya sudah sangat jelas, tercantum dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Ada manusia yang benar-benar paham dan menjalankannya, ada yang
paham tapi tidak menjalankannya, ada yang tidak paham tapi menjalannya, dan ada
yang yang tidak paham sehingga dia tidak menjalannya. Diantara orang-orang itu
yang termasuk golongan orang merugi adalah mereka yang tahu, mereka yang paham
akan segala ketetapan Tuhan, tetapi pura-pura tidak tahu sehingga dengan
sengaja tidak bisa menjalankannya.
Naudzubillah,
Kita
yang menjalani hidup, sebagai aktor kehidupan dimana realita rangkaian
perjalanan hidup kita tidak seindah cerita FTV. Persepsi indah tidaknya alur
cerita kita, bergantung bagaimana kita mempersepsikannya. Ada yang bilang bahwa
“Live is never flat, hidup ini tidak datar-datar saja.”
Asumsi
ini akan dibenarkan oleh mereka (manusia) yang menyukai tantangan. Atau paling
tidak mereka paham konsep hidup di dunia yang sudah dikalamkan oleh Tuhan.
Semua
kembali pada keyakinan asing-masing
Orang
lain yang berkomentar, layaknya menjalankan peran sebagai penonton sebuah
drama. Jika yang mereka lihat bagus, maka komentar yang dilontarkan adalah
komentar yang positif. Sebaliknya, jika yang mereka lihat buruk, maka komentar
yang dilontarkan adalah komentar yang negatif. Tapi perlu diingat, persepsi
orang satu dengan yang lain berbeda-beda, bergantung pada selera. Belum tentu menurut
kamu bagus, menurut orang lain tidak bagus. Menurutmu tidak bagus, menurut
orang lain bagus. Ya begitulah, kembali bagaimana mereka mempersepsikan apa
yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka rasakan.
Akan
tetapi perlu diingat. Berkomentar pun harus ada dasarnya. Jika berkomentar
hanya menurut persepsi tanpa ada landasan yang mendasari asumsi tersebut, bisa
jadi itu dikatakan sebagai pelecehan, atau dalam dunia hukum disebutkan sebagai
pencemaran nama baik.
Nah
loh.. repot juga kan
Berkomentar
pun ada salahnya juga. Maka dari itu kita harus punya dasar, landasan, pondasi
yang kuat yang dijadikan sebagai pedoman hidup. Untuk apa ? Agar setiap
tindakan yang kita ambil baik secara verbal maupun non verbal sesuai dengan
ketetapan-Nya. Tidak menyimpang dari ajaran agama, tidak menimbulkan kerugian
bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Belajarlah
untuk bertoleransi. Selama itu benar, sesuai dengan ajaran Tuhan, jangan
menghakiminya dengan melontarkan kata-kata tajam, yang kamu sendiri belum
tetntu benar. Tidak dipungkiri, sekali dua kali, pasti pernah merasakan yang
namanya dihina, dilecehkan, dikata-katain yang buruk dan sejenisnya.
Sakit
kan ?
Tersinggung
kan ?
Marah
kan ?
Apalagi
yang dilecehkan itu adalah kaitannya dengan keyakinan sesorang, yang sudah
jelas ada ketetapan dari Sang Pencipta. Melecehkan mereka yang sudah sesuai
dengan ajaran atau mereka yang baru mau menyesuaikan diri dengan ajaran, itu
adalah perbuatan yang salah. Terlebih jika dirimu sendiri tidak atau belum
sesuai dengan ajaran tapi sudah berani menghina mereka yang sedang berusaha
memperbaiki diri agar sesuai dengan ajaran.
Bukannya
sok menasihati, tapi di sini saya merasakannya, mengalaminnya, di depan maupun
di belakang saya. Ada omongan-omongan bernada negatif yang dilontarkan,
langsung maupun tidak langsung, bahkan hanya dari ekspresi wajah dan gerakan
tubuh.
Sejujurnya
saya dengar dan paham dengan apa yang mereka lakukan, tapi saya diam. Karena di
dalam ajaran yang saya tahu, kebenaran Tuhan tidak pernah salah, dan saya
meyakininya. Selama itu benar, Allah akan memudahkan jalanku. Allah akan
bersama orang-orang yang mendekatkan diri pada-Nya..
Semoga
kita senantiasa istiqomah dalam iman dan Islam
Aamiin
YRA J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar